Langsung ke konten utama

Inilah Penyebab Material Bangunan Ini Tahan Bencana Gempa

Indonesia yang terletak di lingkaran cincin api, menyebabkan bencana alam tidak bisa di hindari, termasuk gempa. Hal itu mengingatkan kita akan pentingnya material tahan gempa, salah satunya untuk atap. Elemen penting dalam bangunan ini melindungi penghuni rumah dari hujan dan panasnya sinar matahari.
Atap pun jadi bagian yang rawan runtuh ketika gempa mengguncang. Bila material dan pemasangannya tidak tepat, maka rumah berisiko ambruk.
Baca Juga: atap galvalum
Material atap cukup beragam, mulai dari genting, beton, kayu, asbes, hingga galvalum yang belakangan mulai dilirik.
Atap galvalum memiliki kandungan zinc dan alumunium. Hal ini membuat atap galvalum bersifat lebih lentur, ringan, dan tipis jika dibandingkan dengan material atap lainnya sehingga lebih aman dari guncangan gempa.
Selain tahan gempa, atap ini juga bisa dipasang dengan cepat.
Atap galvalum berupa lembaran yang siap pasang sehingga waktu pengerjaan lebih hemat.
Untuk rumah tipe 36 misalnya, bisa diselesaikan dalam kurun waktu sekitar satu minggu.
Menurut Agusti Salman Farizi, kontraktor dari ASEP Development, atap galvalum sudah banyak dipakai oleh para pengembang untuk bangunan-bangunan modern.
“Sejauh yang saya tahu hampir seluruh developer memakai itu sebagai material pengganti kayu karena efisien, efektif, antirayap dan affordable,” terang Agusti.
Atap galvalum tersedia di pasaran dengan harga sekitar Rp198.000/m2 untuk tipe Color Fresh dengan ketebalan 0,35 mm dari merek Fumira.
Selain itu rangka atap pun tak kalah penting untuk diperhatikan. Karena kekuatan atap dipengaruhi oleh rangka atap sebagai struktur utamanya.
Artikel Terkait: plafon gypsum
Di dunia konstruksi, rangka atap baja ringan saat ini menjadi primadona, bersamaan dengan sifat dasarnya yang ringan tetapi kuat membuat rangka atap baja ringan bisa mengungguli rangka atap kayu dan baja konvensional.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Dia Teknologi Wall Precast Concrete Hadir di SAVASA

Teknologi dalam membangun rumah kini semakin canggih. Mulai dari bahan baku, kayu merupakan primadona pada arsitektur rumah di masa lampau. Untuk temboknya sendiri beberapa rumah pun menggunakan papan kayu. Bahkan kayu dapat digunakan untuk lantai. Misalnya rumah panggung yang masih dapat kita temui di beberapa lokasi di Bengkulu. Namun ada juga yang mengombinasikan kayu dengan bata merah sebagai dinding maupun bilik yang terbuat dari bambu. Ini diadopsi oleh sebagian besar rumah di Indonesia. Meskipun saat ini bata merah sudah sulit dijumpai dan mulai tergantikan dengan bata ringan. Teknologi Wall Precast Concrete Hadir di SAVASA Rumah modern yang menggunakan bata merah atau bata ringan Adalah PT. Panahome Deltamas Indonesia (SAVASA), developer yang cukup berani melakukan gebrakan dalam membangun rumah. Tanpa kayu, jumlah bata merah yang digunakan pun sangat sedikit, selain itu proses pengerjaannya pun cepat. Lalu bagaimana mereka membangun rumah? Baca Juga:  bata ringan Wulan...

Ini Dia Sistem Penyerap Gempa pada Struktur Bangunan

Menghadapi gaya gempa yang semakin besar akibat ditemukannya sesar-sesar aktif baru di permukaan bumi, infrastruktur bangunan pun perlu dikembangkan. Melalui riset untuk pengukuhan guru besarnya, Prof Dr Ir Hidayat Soegihardjo MS, dosen Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan temuan mengenai sistem penyerap gempa pada berbagai struktur bangunan. Jika gempa terjadi, bangunan boleh jadi rusak, namun tidak boleh memakan korban. Berasaskan filosofi tersebut, guru besar yang akan dikukuhkan secara resmi oleh ITS, Rabu (11/12) mendatang, tersebut menginovasikan Sistem Rangka Batang berelemen Bresing Anti Tekuk (SRBBAT). Baca Juga:  baja ringan Hidayat menjelaskan bahwa pada pembuatan struktur bangunan dikenal istilah daktilitas. Suatu struktur yang daktail berarti mampu mengalami simpangan pascaelastis akibat gempa. “Sehingga struktur tersebut mampu mempertahankan kekuatan dan tetap berdiri walaupun berada di ambang keruntuhan,” paparnya dalam ju...

Ini Dia Perbedaan Teras Setengah Terbuka dan Terbuka, Intip Penjelasannya

Teras dan balkon adalah ruang terbuka yang posisinya menempel dengan dinding rumah. Selain memiliki fungsi tersendiri, keduanya memiliki peran penting dalam memperkuat dan mempercantik rumah. 1. Bentuk Bentuk teras secara garis besar dikategorikan menjadi 2, yaitu teras yang berkonsep ruangan setengah terbuka dan ruang datar. Luas standar minimalnya, 0,9 m x 1,2 m dan posisinya ditinggikan dari tanah sekitar 15 cm. Luas ini berlaku hanya bila teras ditujukan sebagai ruang transisi. Sedangkan jika teras difungsikan juga sebagai ruang penerima tamu, luasan minimalnya sebaiknya 1,2 m x 2,0 m. Baca Juga:  bata ringan Teras berkonsep ruang setengah terbuka memiliki dinding tambahan selain yang menyatu dengan fasad. Dinding inilah yang kerap dimanfaatkan untuk mempercantik tampilan rumah. Dalam konteks rumah minimalis, teras biasanya hadir dalam bentuk kubus imajiner. Sedangkan yang berkonsep datar, teras terlihat sebagai lantai saja. Baca Juga: Terlalu Banyak Barang...